Thursday, February 22, 2007

Sebuah Cerita

"Aku tahu, Sid, kamu sedang memikirkan perbedaan kita. Orang tua kamu, atau siapapun dia, telah menasehati kamu soal hubungan kita," lanjut Delia.

"Darimana kamu tahu?" tanya Rosid terkejut.

"Karena aku pun menerima nasihat yang sama." Rosid tercengang. Ia terdiam seribu bahasa. "Tadi malam aku ceritakan semuanya pada Papa dan Mama," lanjut Delia sambil memandang pepohonan di pelataran. Rosid masih terdiam.

"Tapi Papa dan Mama justru marah dan minta aku udahan sama kamu sekarang juga."

Rosid tak tahu harus merasa bagaimana; sedih, bahagia atau lega. Ketiganya bercampur mengaduk-aduk hatinya. Ia sedih jika harus mengakhiri hubungannya dengan Delia. Ia bahagia karena Delia sangat menyayanginya. Ia lega karena Delia juga diminta oleh orang tuanya untuk mengakhiri hubungan dengannya.

"Aku pikir Papa dan Mama kamu benar, Del," kata Rosid dengan suara bergetar.

Kini sang badai memulai hembusannya yang pertama. Delia terpana; akhirnya badai itu benar-benar muncul dari balik cakrawala, dan bersiap menggulung kapal cinta mereka.

"Kamu mau kita udahan?" tanya Delia dengan suara yang tak kalah bergetarnya. Rosid tak langsung menjawab. Ia menundukkan kepala dan meremas rambut kribonya. Lalu ia mengangkat wajahnya dan berkata, "Del, aku berat banget kalau putus sama kamu. Aku pengen sama kamu selamanya, tapi..."

Delia menatap mata Rosid yang tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia menunggu beberapa saat, lalu katanya, "Karena iman kita berbeda, maka kita harus mengakhiri hubungan ini. Itu kan yang kamu mau bilang, Sid?"

"Kita harus realistis, Del," jawab Rosid. Ketika mengucapkan itu, Rosid merasa seperti sedang mengunyah pasir.


Penggalan dari buku "The Da Peci Code" karya Ben Sohib.

7 Comments:

At 9:31 PM, Blogger Dz said...

Ehem..ehemm..
Begitu ya??
Kirain kmu ngarang sendiri bun..
Mana novelnya?? Kejar tayang neh..

 
At 12:42 AM, Blogger Rey said...

"kamu benar haikal, kita harus realistis. Aku sadar perbedaan diantara kita terlalu jauh untuk direngkuh. Kita berasal dari kasta yang berbeda, aku keturunan bangsawan yang berbudi luhur, sementara kamu hanyalah hamba sahaya yang hina. Dengan berat hati, kita harus berpisah haikal. Jangan cari aku, lupakanlah aku wahai hamba hina...

wakakakakakakkk :D

 
At 1:24 AM, Blogger hasyimhaikal said...

:: dz = ya ngga lah hun..Masa bun ngarang siy :-p
Nti deh novelnya di pinjemin...

:: rey = iya rey, entah mengapa baru sekarang aku menyadari hal itu. Selamat tinggal sayang...Aku pergi. (huex.....)

 
At 11:34 PM, Blogger Jepara Furnicraft said...

... m...
kirain tenanan!!

eh.. da vinci kod.. :D

 
At 9:07 PM, Anonymous Anonymous said...

alasan yang bagus untuk mengakhiri sebuah hubungan. tapi ada yang kurang tuh.. kurang menarik. hahahahaha

 
At 9:26 PM, Blogger hasyimhaikal said...

:: akunamasao = ora mas.ra tenanan oq... eh saya liat blog anda, ternyata anda deket sama Kang Abik ya? Waaaaahhhh...mau dunk...

:: candra darwis = memang alasan bagus untuk mengakhiri sebuah hubungan, tapi bukan alasan yang tepat untuk menhina :-p

 
At 7:21 PM, Anonymous Anonymous said...

menarik. bikin penasaran aja kayak sintron tv,,,,,...hi....hi...

 

Post a Comment

<< Home